Jumat, 08 Maret 2013

Pengertian Bio-diesel



Secara sederhana biodiesel didefinisikan sebagai bentuk bahan bakar diesel yang menyebabkan lebih sedikit kerusakan lingkungan dibandingkan bahan bakar diesel standar. Biodiesel biasanya dibuat dari minyak nabati melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi.
Pada prinsipnya, proses transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksikan asam lemak bebasnya dengan alkohol (misalnya metanol) menjadi alkohol ester (Fatty Acid Methyl Ester/FAME), atau biodiesel. Teknologi yang digunakan dalam proyek ini adalah metode transesterifikasi sederhana dua tahap dengan sistem "batch" yang telah dioptimasikan dan telah diuji (Anggraini Suess, 1999).
Transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak jelantah dengan metanol dengan menggunakan katalisator KOH. Proses transesterifikasi berlangsung selama 1/2-1 jam pada suhu sekitar 400 C. Campuran yang terjadi kemudian didiamkan sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan bawah adalah gliserin dan lapisan atas metil ester (biodiesel). Agar reaksi berlangsung sempurna, maka biodiesel hasil dari tahap pertama kemudian direaksikan lagi dengan metanol (tahap kedua). Hal ini untuk mengantisipasi kandungan gliserin total (bebas dan terikat) dalam biodiesel, supaya tidak terjadi deposit pada motor.
Semua kendaraan keluaran baru dapat menggunakan biodiesel. Dalam kebanyakan kasus biodiesel tidak digunakan dalam bentuk murni (B100) melainkan dicampur dengan diesel standar. Hal ini terutama karena diesel standar lebih baik daripada biodiesel murni saat berurusan dengan suhu rendah dan juga diduga memiliki dampak yang lebih baik pada daya tahan mesin.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, biodiesel lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan diesel standar, dan tidak hanya itu, biodiesel juga biodegradable dan tidak beracun.
Mengenai perbandingan tingkat emisi CO2 dari biodiesel dan diesel standar, biodiesel muncul sebagai pemenang dengan menghasilkan sampai 75% lebih sedikit emisi CO2 dibandingkan dengan diesel standar. Artinya dengan menggunakan lebih banyak biodiesel daripada diesel standar, kita dapat mengurangi dampak perubahan iklim.
Menggunakan biodiesel sebagai pengganti diesel standar tidak hanya akan membantu lingkungan, tetapi juga akan membantu meningkatkan kemandirian energi dan keamanan energi negara. Kelemahan dari penggunaan biodiesel lebih karena biodiesel sebagian besar masih diproduksi dari tanaman pangan yang dalam skenario terburuk menyebabkan peningkatan harga pangan dan bahkan meningkatkan kelaparan di dunia. Inilah alasan utama mengapa para ilmuwan melihat berbagai bahan baku biodiesel potensial lainnya, contohnya adalah rumput dan alga.
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel, yang hingga saat ini sudah banyak penemuan yang menemukan berbagai jenis tanaman yang memiliki potensi dalam menghasilkan biodiesel. Tamanan penghasil biodiesel yang telah diketahui hingga kini, diantaranya adalah alga, kemiri sunan, tamanan nyamplung, jarak, dan sawit. Tanaman-tanaman penghasil biodiesel tersebut memiliki bagian tertentu yang digunakan sebagai penghasil biodiesel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar